Halaman

Kamis, 18 Oktober 2018

Kalau satu peternak bisa memelihara 50 eko

PETERNAKAN kambing belakangan menjadi usaha yang banyak dilirik. Sebab, untungnya menggiurkan. Sayangnya, membuka usaha ternak kambing membutuhkan modal  tak sedikit. Sehingga, tak banyak warga yang bisa menekuninya.
Persoalan itu, kini muncul jawabannya. Warga yang ingin beternak kambing tak perlu mengeluarkan modal uang. Cukup menyediakan tenaga.
Adalah peternakan kambing di Desa Tamansari, Kecamatan Licin. Peternakan yang dikelola oleh Isti, pengusaha sekaligus Ketua Perkumpulan Perempuan Wirausaha Indonesia (Perwira) Banyuwangi ini menawarkan solusi beda. Peternakan kambing sistem bagi hasil. Metodenya sederhana. Pihaknya sebagai ibu asuh, menyediakan seluruh modal. Mulai kandang, bibit kambing hingga pemeliharaan kesehatan. Sedangkan, peternak hanya bertugas merawat kambing dan memberi pakan setiap hari. “ Cara ini  sangat jitu untuk mengembangkan ekonomi di pedesaan. Warga bisa bergabung menjadi peternak kambing dengan sistem bagi hasil,” kata Isti kepada Bisnis Banyuwangi, pekan lalu.
Pengusaha properti ini mengaku modal utama sistem bagi hasil hanyalah kepercayaan dan kejujuran. Peternakan kambing sistem bagi hasil ini sudah ditekuni sejak lima tahun terakhir. Berawal dari 60 ekor, kini ternak kambingnya bertambah hingga 200 ekor. Rencananya, ditambah hingga 500 ekor. “ Kita sedang siapkan kandang kapasitas 500 ekor,” jelasnya.Kenapa memilih usaha ternak kambing ? Menurut Isti, pasar kambing di Banyuwangi lumayan bagus. Saat musim Idul Qurban, permintaan kambing selalu melimpah. Peluang ini yang membuatnya tergerak membuka peternakan kambing. Lalu, di daerah Licin, pasokan  pakan ternak tersedia melimpah. Sehingga, peternak tak kebingungan mencari pakan. Kondisi udara yang sejuk juga sangat tepat untuk peternakan kambing.
“ Kami mengembangkan kambing jenis Etawa pejantan. Memang dikhususkan untuk kebutuhan ternak potong. Seperti Qurban dan aqiqoh,” jelasnya.
Ditambahkan, sistem bagi hasil sangat menguntungkan. Baik pemodal maupun peternak. Sistem ini menggunakan hitungan 60 : 40. Artinya, harga jual kambing setelah dikurangi harga pembelian bibit akan dibagi 60 persen untuk pemilik, sisanya 40 persen bagi peternak. “ Jadi semua modal awal, dari kami. Peternak hanya modal tenaga merawat,” jelasnya lagi.
Pihaknya sengaja menggunakan sistem bagi hasil untuk pemberdayaan warga. Mereka bisa menjadikan peternakan kambing ini sebagai usaha sampingan. Satu warga bisa mengelola 50-100 ekor. Kini, jumlah peternak yang sudah bergabung dengan sistem ini mencapai belasan orang.
Isti mengatakan, bibit ternak kambing yang dibelinya berumur 4 bulan. Bibit dibeli dari sekitar Banyuwangi.  Lalu, diserahkan ke peternak untuk dipelihara. Ternak kambing ini hanya perlu dipelihara sekitar 6 bulan, maksimal 7 bulan. Sebab, harus segera dijual ke pasaran.
Sehingga, peternak bisa cepat menikmati hasilnya. Rata-rata, satu ekor kambing bisa laku Rp 2 juta hingga Rp 2,8 juta. Dari nilai ini, setelah dikurangi harga pembelian kambing di awal akan dibagi sesuai prosentase yang disepakati.
“ Kalau satu peternak bisa memelihara 50 ekor, berapa hasil yang didapat. Ini sangat menggiurkan,” yakinnya.
Peternakan yang dikelolanya juga mendapatkan pendampingan dari tenaga kesehatan ternak. Sehingga, peternak tak perlu khawatir soal kesehatan ternak yang dipelihara.
Selain membuka peternakan kambing, pihaknya melayani pembelian kambing potong, Qurban dan aqiqah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berhenti Sebagai Dosen Ibu ini Justru Sukses Ternak Kambing

Berternak kambing bisa dilakukan oleh siapapun, Ibu Vita adalah salah satu peternak kambing terkoleksi, kandang ternak kambing modern yang t...