Halaman

Kamis, 18 Oktober 2018

sersan ternak belajar ternak kambing

Udara sejuk dan gerimis hujan menyambut kami saat tiba di Bangun Karso Farm (BKF), Kampung Babakan Desa Palasari Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.
Dikomandani Ibu Frida, saya, Mas Unik, Mas Anto dan Mba Ana antusias nikmati belajar di BKF. Saat menjejakan kaki dan sejauh mata memandang, kami terpukau pada pandangan pertama lihat peternakan ini. Meski suasana renovasi, tapi aura kesuksesan tampaknya terhampar luas, seluas peternakan yang katanya terbesar di Bogor milik tentara aktif Pak Bangun Dioro.
Teh Rina (Staf BKF) menghampiri dengan ramahnya mempersilahkan kami istirahat di rumah panggung berdinding kayu. “Rumah yang pas sekali dengan nuansa peternakan desa dan pepohonan yang rindang”, ucap saya.
Sambil tunggu Pak Bangun yang lagi keluar karena ada keperluan, saya sempatkan lihat foto Bangun Dioro dan berguman, bagaimana bisa seorang tentara aktif dengan pangkat Sersan Kepala mampu membagi waktu sebagai prajurit dan aktivitasnya sebagai pengusaha ternak kambing.
Penasaran pun menyeruak, saya tanya Mbak Ana yang sebelumnya pernah berkunjung ke sini. “Pak Dioro itu luar biasa dari susah dan dari bawah banget dengan memelihara 2 kambing hingga bertambah banyak dan sukses seperti sekarang”, tutur Mba Ana.
Haus informasi ini rasanya tak hilang dan penasaran tetap mendekap, hingga saya bersama teman-teman tetap berupaya menunggu Pak Bangun sambil kukurilingan melihat usaha ternak yang terhampar seluas 19 Ha, luar biasa.
Kami beranjak melihat langsung peternakan kambing dan domba. Tampak tiga kandang megah dengan konstruksi dan dinding besi beralaskan kayu beratap biru legam. Saya fikir, kandang ini baru dibangun dan diperuntukkan tampung kambing dengan jumlah banyak.
Desainnya sangat available, tempat pakan efektif dan langsung menghadap kambing, minumnya otomatis dari pompa melalui pipa 3/4” langsung tersalurkan kesetiap kandang. Kandang itu sangat terbuka dengan atap menjulang tinggi dan ada sekat besi bagi ragam kambing etawa, sapera, jawa randu dan domba.
Tak lupa menarik perhatian, setiap kandang ada lorong yang muat mobil pick up masuk ke bawah kandang, gunanya untuk ambil kotoran dan tentu dibuat pupuk kandang. Kandang itu begitu mentereng di lahan atas, sehingga kami luput ada satu kandang lagi di lahan bawah yang konstruksinya masih berupa kayu. Kemudian terlihat di seberang, ada satu kandang berisi beberapa sapi gemuk yang sehat.
Para pekerja sibuk dengan pakan dan renovasi, kami pun hanya sekedarnya bertanya teknis pemeliharaan kambing dan kandangnya. Seperti tiga kandang baru itu berukuran 36 x 6 meter, dengan sekat besi untuk koloni, kawin, individu, dan ukuran 2 x 2 untuk peranakkan/melahirkan.
Terdengar sahut-menyahut dengan khasnya suara embeee…, lalu kami pun hampiri ribuan kambing dan domba di kandang baru itu. Tampaknya mereka asyik dengan koloninya, bermain bersama anak-anaknya dan mungkin betah dengan suasana kandang baru.  Meskipun bau kandang, tapi tak mantap rasanya bila kami belum bercengkrama atau sekadar menyapa, mengusap dan memotret kawanan kambing serta domba yang begitu sehat.
Kami pun bertemu dengan Marketing BKF Tendi Ristiandi. Tendi menjelaskan dari tiga kandang baru yang di bangun itu menampung empat ribu kambing dan domba. Jadi per kandangnya total ada seribuan.
Tendi menuturkan, areal seluas 19 Ha memang diperuntukan peternakan domba dan sapi potong yang diarahkan untuk memenuhi permintaan menjelang Idul Kurban dan acara lainnya. “Kita jual hidup untuk kebutuhan kurban untuk kambing atau domba jantan dan acara seperti akikah atau spesialis kambing guling”, tutur Tendi.
“BKF juga menyuplai untuk kebutuhan PSK (Pojok Sate Kiloan) di Sentul, Puncak, dekat UI dan tempat lainnya dengan harga sate 45.000/kg hidup, beda dengan harga kurban sekitar 70 – 80.000/kg hidup”, ucapnya.
Selain itu, menurut Tendi, keunggulan BKF adalah dalam rentang usia 5 sampai 6 bulan itu, bobot 25 sampai 30 kg, salah satunya karena kita crossingan domba priangan dengan teksel seperti dari domba Wonosobo yang gemuk.
Mengenai pemasaran, baiknya figur Pak Bangun dan mudah diterima tiap kalangan serta publikasi media yang banyak, membuat BKF gampang dikenal publik dan jadi langganan masyarakat bahkan pemerintah “Kebetulan saya bagian pemasarannya, tapi sebelum ada saya, nama Pak Bangun sudah banyak orang tahu, jadi pemasarannya pun terbantu dengan kuatnya sosok beliau. Banyaknya liputan media yang datang ke BKF juga turut bantu promosi dan pemasarannya” kata Tendi.
Harapan untuk ketemu pun urung terlaksana, karena sibuknya Pak Bangun diluaran sana. Rasanya tak kenal maka tak sayang, saya searching profil beliau yang inspiratif. Akhirnya saya mendapati “Kiat Sukses Berternak oleh BKF” dari Mba Ana sewaktu pertama datang ke BKF.
Awal mula pria kelahiran Banyumas itu menggeluti sektor peternakan adalah harga hewan tak pernah turun mengikuti perkembangan zaman serta inflasi, lalu warisan leluhur dan tentunya berternak adalah sunnah Rosul.
Sersan yang saat ini bertugas di Kesatuan Kompi Denmabesad TNI AD ini dikenal sebagai pekerja keras. Sampai ia membuat petuah bijak, “barang siapa tidak bekerja keras di waktu muda, maka dijanjikan akan bekerja keras di masa tua. Begitulah spirit awal yang dibangun dengan niat dan dorongan yang kuat untuk mengembangkan peternakan BKF.
Semenjak tinggal di Bogor dan jadi anggota TNI, Pak Bangun memulai usahanya dengan wajib menguasai cara berternak dengan baik. Salah satunya mengasah kemampuan berternak dengan magang di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor. Kemudian rajin jalin hubungan antar sesama peternak dan pandai mencari mitra usaha serta kerja sama saling menguntungkan jadi kunci suksesnya dalam usaha ternaknya.
Komitmen dan pengabdian sebagai prajurit pun tetap kuat dan bangga. Beberapa sumber yang didapat, di kesatuannya juga ia membantu rekan-rekan dari memelihara kambing. Bahkan Presiden ke-6 SBY, sempatkan menyambangi lokasi usahanya setelah mendengar popularitasnya sebagai anggota TNI yang mampu mengembangkan usaha peternakan kambing. Kemudian, meminta Bangun Dioro untuk memberikan pelatihan usaha ternak kambing ke masyarakat di beberapa daerah.
Tentara aktif ini, kini sering dijuluki sebagai Sersan Kambing. Sersan yang sukses dengan usaha peternakannya dan mampu memasok kambing ke masyarakat luas. Mungkin bisa kita sebut Sersan berpenghasilan melebihi Jendral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berhenti Sebagai Dosen Ibu ini Justru Sukses Ternak Kambing

Berternak kambing bisa dilakukan oleh siapapun, Ibu Vita adalah salah satu peternak kambing terkoleksi, kandang ternak kambing modern yang t...